Di antara keindahan Bali yang terkenal, ada sebuah permata yang tak ternilai harganya: Desa Tenganan. Terpencil di tengah-tengah alam yang menakjubkan, desa ini melestarikan keajaiban Bali kuno yang semakin langka. Membawa pengunjung dalam perjalanan melintasi waktu, Desa Tenganan memancarkan pesona dunia lama, menawarkan pemandangan tak tertandingi dari tradisi dan budaya yang kaya.
Dengan segala kemegahannya, desa ini menawarkan lebih dari sekadar pemandangan alam yang menakjubkan. Di sini, sejarah hidup berdampingan dengan kehidupan sehari-hari; mitos-mitos kuno berpadu dengan kehidupan modern. Menggali lebih dalam, Anda akan menemukan ritual kuno, budaya yang tidak ternoda, dan keterikatan masyarakatnya pada akar tradisi yang kuat.
Warisan Budaya dan Tradisi di Desa Tenganan
Di tengah kehidupan sehari-hari di Desa Tenganan, ritual dan upacara memiliki tempat yang sangat penting. Setiap tahap kehidupan, mulai dari kelahiran hingga kematian, dihiasi dengan serangkaian ritual kuno yang menjaga keutuhan dan identitas budaya masyarakat. Perayaan besar, seperti Usaba Sambah, merupakan kesempatan bagi masyarakat Tenganan untuk merayakan kesuburan dan menghormati leluhur mereka dengan nyanyian dan tarian sakral.
Selain upacara, keterampilan tradisional yang terus dilestarikan adalah kerajinan tangan. Desa Tenganan dikenal dengan keahliannya dalam menenun kain ‘Geringsing’, sebuah proses yang membutuhkan keterampilan dan ketekunan. Geringsing adalah kain tradisional Tenganan yang dianggap sakral dan dipercaya memiliki kekuatan magis dan keharmonisan hidup. Proses pembuatannya yang rumit dan simbolisme yang terkandung dalam setiap pola kain membuat Geringsing sangat dihargai sebagai warisan budaya yang unik.
Kerajinan tenun pegringsingan yang terkenal di Desa Tenganan berasal dari kata geringsing yang berasal dari kata “gering” yang berarti sakit dan “sing” yang berarti tidak, yang berarti tidak ada rasa sakit yang secara harfiah diartikan sebagai alat untuk menjauhkan kejahatan atau kegiatan magis yang dikenal dengan ilmu hitam yang menghampiri kita.
Kerajinan tenun Pegringsingan hanya terdapat di Desa Tenganan, yang menjadikan desa ini memiliki ciri khas tenun yang juga dikenal dengan sebutan Desa Tenganan Pegringsingan. Jika Anda sangat menyukai tenun, maka Anda harus berkunjung ke desa ini untuk melihat proses pembuatan kain tenun Pegringsingan, dimana proses pembuatannya masih sangat tradisional dan hanya saja waktu pembuatan satu kain membutuhkan waktu yang sangat lama, yaitu sekitar 3-6 bulan bahkan jika motifnya agak rumit bisa memakan waktu hingga setahun untuk menyelesaikannya, karena proses pembuatannya yang sangat lama maka harga tenun ini dipatok sedikit mahal.
Rumah Tradisional dan Profesi Penduduk Desa
Rumah-rumah tradisional di Desa Tenganan memancarkan keaslian budaya Bali. Dibangun dengan struktur yang khas, rumah-rumah ini menampilkan desain arsitektur tradisional yang telah bertahan selama berabad-abad. Bangunan yang terbuat dari bahan alami, seperti bambu dan kayu, memberikan suasana yang memukau, merangkul budaya sehari-hari masyarakatnya.
Rumah-rumah tradisional di Desa Tenganan memiliki perbedaan yang sangat signifikan dengan rumah-rumah di Bali, yang secara umum disebabkan oleh konsep pembagian ruang dalam Sanga Mandala, yang membagi kavling rumah menjadi sembilan bagian dengan arah timur laut yang merupakan area hirarki tertinggi yang dipengaruhi oleh filosofi orientasi gunung dan timur barat (terbit dan terbenam).
Di Desa Tenganan, konsep Meulu ke Tengah diterapkan pada kavling rumah tinggal dengan hirarki ruang tertinggi berada pada area yang dekat dengan halaman depan/luar karena jalan utama (awangan) dianggap sebagai area yang sakral. Rumah tinggal di Desa Tenganan selalu terdiri dari empat unit bangunan utama, yaitu:
Bale Buga: merupakan tempat untuk melakukan ritual upacara yang lebih bersifat religius. Dilihat dari fungsinya, lokasi bangunan ini selalu dekat dengan jalan utama atau awan karena awan merupakan area yang disakralkan. Atap Bale Buga harus terbuat dari palpalan (daun kelapa) atau ijuk. Bangunan Bale Buga terletak menyatu dengan pintu masuk atau disebut dengan tipe Jelanan Awangan atau secara terpisah disebut dengan tipe Kori Ngeleb.
Bale Tengah: Bangunan bale yang selalu terdiri dari dua ruangan dimana satu ruangan/bale untuk melaksanakan ritual kematian dan ruangan lainnya untuk menempatkan bayi yang baru lahir.
Bale Meten: Bale/bangunan ini memiliki fungsi yang paling profan, yang dapat dimodifikasi dan digunakan sehari-hari sebagai kamar tidur atau ruang tamu. Namun, ketika ada upacara pernikahan ada upacara ritual yang dilakukan di salah satu ruangan di Bale ini.
Paon atau Dapur: memiliki fungsi yang sama dengan dapur pada rumah pada umumnya untuk kegiatan memasak dan urusan dapur lainnya. Namun, dapur masyarakat Tenganan diharuskan memiliki tungku (jalikan) karena ada upacara yang harus dilakukan di dalam jalikan. Pada sisi selatan yang menempel pada dinding dapur terdapat kamar mandi.
Profesi penduduk di sini umumnya adalah pengrajin, pertanian, perkebunan dan juga nelayan, dimana desa Tenganan terletak tidak jauh dari pantai Candidasa. Yang paling dominan adalah kerajinan tangan seperti anyaman bambu, ukiran, lukisan di atas daun lontar dan juga yang paling terkenal adalah kain tenun pegringsingan.
Kerajinan anyaman pegringsingan sejak diperkenalkan mendapat respon positif dari para wisatawan, sehingga banyak keluarga di sini yang menekuni profesi sebagai penenun pegringsingan. Hal ini dapat dilihat dari rumah-rumah penduduk yang memiliki alat tenun yang digunakan untuk menenun kain. Dan karena respon positif tersebut, sebagian besar dari mereka menekuni usaha tenun pegringsingan ini, selain untuk melestarikan budaya desa Tenganan juga untuk menambah penghasilan tambahan dengan menjual kain tenun kepada para wisatawan mancanegara maupun domestik.
Atraksi dan Tempat Menarik
Desa Tenganan menawarkan daya tarik tersendiri bagi para pengunjung yang ingin merasakan kehidupan dan budaya Bali yang otentik. Sejumlah tempat dan aktivitas menarik menanti untuk dijelajahi oleh para wisatawan yang ingin merasakan aura kuno dan keaslian desa ini.
Pasar tradisional merupakan salah satu daya tarik utama di Desa Tenganan, di mana pengunjung dapat menemukan berbagai kerajinan tangan, kain ‘Geringsing’ yang unik dan produk lokal lainnya. Pasar ini tidak hanya menjadi tempat jual beli, namun juga menjadi titik temu budaya dan kehidupan sehari-hari masyarakat.
Selain pasar tradisional, desa ini juga terkenal dengan seni tariannya yang khas, terutama ‘Tari Perang’ atau ‘Mekare-kare’. Tarian ini bukan hanya sekedar pertunjukan, namun juga memiliki makna spiritual dan simbolis yang mendalam. Pengunjung dapat menyaksikan tarian ini selama perayaan tradisional atau festival lokal di desa ini.